Jejak Sepakbola, Bangun Inter Milan Saat Terpuruk, Erick Thohir Pembangkit Raksasa Tidur Italia

- Minggu, 15 Januari 2023 | 08:14 WIB
Lothar Matthäus dan Erick Thohir dengan Jersey Inter Milan. (Foto: Instagram @erickthohir)
Lothar Matthäus dan Erick Thohir dengan Jersey Inter Milan. (Foto: Instagram @erickthohir)

 

 

 

JAKARTADAILY.ID - Jejak Erick Thohir dalam sejarah persepakboalan dunia hingga saat ini boleh jadi masih melampaui setiap individu manapun di Indonesia. Ketika pada November 2013, anak Jakarta ini mengambil alih 70% saham Inter Milan dari keluarga Massimo Moratti, usianya baru 44 tahun, dan langsung menjadi Presiden klub ini.

Saat itu saja, bisa jadi, dialah anak Indonesia yang paling banyak memiliki klub olahraga di dunia. Selain Inter Milan, Erick juga menjadi pemilik Klub Sepakbola DC United di Amerika Serikat, dan mengontrol klub bola basket NBA Philadelphia 76ers.

Pada saat mengambil alih saham Inter Milan, Editor SempreInter.com James J Piscopo mencatat, Nerazzurri (demikian julukan Inter Milan hingga sekarang) tengah merugi sekitar &Euro;180 juta karena dampak dari pengeluaran tanpa beban selama bertahun-tahun. Erick bak penyelamat yang ditunggu-tunggu saat itu.

Baca Juga: Unggah Foto Bersama Aa Gym, Erick Thohir Malah Diminta Netizen Jadi Ketum PSSI

Suasana kebatinan perekonomian dunia pun saat itu sedang gebyar oleh isu globalisasi. Erick menjadi percontohan riil bahwa globalisasi itu ada.  Buktinya, sebuah klub Raksasa asal kota Milan ditolong oleh anak muda dari negara yang belum terdengar kisah hebatnya tentang sepakbola. Suara tentang Indonesia mendunia dalam sekejap. Saat itu.

Ketika pertama kali Erick masuk ke kamar ganti Inter Milan, ide segar yang dia bawa tidak terpikirkan oleh para pendahulunya. Erick mengubah Nerazzurri dari klub keluarga, menjadi perusahaan dengan manajemen klub modern yang sukses memanfaatkan kekuatan branding-nya yang lama tertidur tak termanfaatkan.

 

Bagaimana caranya?

Pertama, Dia mengatasi masalah ini melalui restrukturisasi manajemen, dan berbagai karyawan yang ada karena simpati Moratti (pemilik lama) diganti dengan orang yang lebih kompeten. Kedua, mendiversifikasi sumber pendapatan dan mencari peluang baru terutama di pasar Asia.

Kedua strategi itu saja telah memberikan Thohir citra pembuat perubahan, tidak hanya di klub, tetapi juga di Liga Serie A – Italia. Tidak ada yang terpikirkan di Italia untuk merangkul fans Asia, padahal jumlahnya signifikan, sekitar 165 juta saat itu. Erick pindahkan pertandingan penting ke sore hari (waktu Italia) agar penggemar di Asia bisa menikmati klub kesayangannya lebih maksimal.

Baca Juga: Survei Indikator: Calon Ketum PSSI, Erick Thohir Dianggap Responden Paling Pantas

Piscopo menulis bahwa untuk restrukturisasi manajemen, Erick menarik manajer terkenal Michael Bolingbroke dari Manchester United sebagai CEO, Claire Lewis dari Apple, dan Robert Faulkner dari UEFA. Atas namanya lah, kemudian Bolingbroke melakukan banyak terobosan.

Halaman:

Editor: M. A. Wahad

Sumber: sempreinter.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X