JAKARTADAILY - Federasi sepak bola internasional FIFA telah menulis surat kepada 32 tim yang bersaing di Piala Dunia 2022 untuk memberi tahu para pemainnya hanya fokus pada sepak bola. Seruan FIFA menyusul meningkatnya aksi protes dari beberapa pesepakbola terhadap tuan rumah Qatar.
Melansir dari BBC, Sabtu, 5 November 2022, Qatar mendapat kritikan dari aktivis LGBTQ dan para pendukungnya di sepak bola, setelah sikapnya melarang hubungan sesama jenis. Qatar dituduh melanggar hak asasi manusia, termasuk perlakuannya terhadap pekerja migran.
Sejak Piala Eropa 2020 yang digelar tahun 2021, sejumlah aktivis LGBTQ berhasil menghasut para pesepakbola untuk membawa agenda mereka ke olahraga yang memiliki banyak penggemar di muka Bumi.
Dengan masuk ke sepak bola, kelompok yang melanggar norma agama dan hakikat manusia tersebut, ingin agar generasi mendatang menerima LGBTQ sebagai suatu kewajaran. Sakit!
Dalam suratnya, FIFA mendesak bahwa sepak bola tidak boleh "diseret" ke dalam "pertempuran ideologi atau politik" dan tidak boleh "mengajari moral" pihak lain.
Beberapa pesepakbola yang mendukung LGBTQ seperti kapten tim nasional Inggris Harry Kane dan kapten tim nasional Jerman Manuel Neuer tetap ngotot ingin mengenakan ban kapten pelangi--simbol dari LGBTQ.
Sementara itu, Denmark mengenakan jersey dengan logo dan kit Hummel yang "tidak terlihat." Alasannya mereka memprotes bahwa turnamen tersebut telah menelan ribuan nyawa pekerja migran dalam pembangunan infrastruktur dan stadion di Piala Dunia 2022.
Adapun kota-kota di Prancis menolak untuk menayangkan pertandingan Piala Dunia di tempat umum, meski negara mereka berstatus juara bertahan.
Yasmine Ahmed, direktur Human Rights Watch Inggris, menyebut seruan FIFA "sangat mengerikan." Sementara Felix Jakens dari Amnesty International mengatakan kepada BBC, bahwa ajang Piala Dunia di Qatar menjadi momen tepat untuk menekan Qatar pada masalah hak asasi manusia. "Sekarang adalah waktunya untuk memberikan tekanan. Setelah Piala Dunia, apakah kita akan bisa berbicara dengan Qatar? Saya rasa tidak."
Surat seruan dari FIFA yang ditandatangani Presiden FIFA Gianni Infantino dan Sekretaris Jenderal FIFA Fatma Samoura berbunyi: "Kami tahu sepak bola tidak hidup di ruang hampa dan kami sama-sama menyadari ada banyak tantangan dan kesulitan yang bersifat politik di sekitar dunia. Tapi jangan biarkan sepak bola terseret ke dalam setiap pertarungan ideologis atau politik yang ada."
Surat itu menambahkan: "Di FIFA, kami mencoba untuk menghormati semua pendapat dan keyakinan, tanpa ingin membagikan pelajaran moral ke seluruh dunia. Tidak ada satu orang atau budaya atau bangsa yang 'lebih baik' dari yang lain. Prinsip ini adalah fondasi yang sangat saling menghormati dan tidak diskriminatif. Dan ini juga salah satu nilai inti sepak bola. Jadi, tolong ingat itu semua dan biarkan sepak bola menjadi fokus perhatian. Kami ingin sepak bola merangkul semua orang, tanpa memandang asal, latar belakang, agama, jenis kelamin, atau kebangsaan."
Baca: FIFA dan Pemerintah Satu Kata, Rombak Total Seluruh Ekosistem Sepak Bola Indonesia
Sementara itu, Layla Moran, juru bicara kelompok Demokrat Liberal Inggris mendesak pelatih Gareth Southgate dan Harry Kane untuk mengecam Iran, dengan memberi isyarat solidaritas kepada wanita Iran yang berjuang untuk kebebasan sipil mereka.
Artikel Terkait
FIFA Identifikasi Bantuan Yang Perlu Dilakukan Agar Tragedi Stadion Kanjuruhan Tidak Terulang Lagi
Terkait Tragedi Kanjuruhan, FIFA Kirim Surat ke Presiden Jokowi
Pasca Tragedi Kanjuruhan, FIFA Bebaskan RI dari Sanksi, Buka Kantor di Indonesia, dan Bentuk Tim Transformasi
Indonesia Menantikan Kedatangan Presiden FIFA pada 18 Oktober 2022
Tiba di Indonesia, FIFA Kumpulkan Data Terkait Tragedi Kanjuruhan
FIFA dan Pemerintah Satu Kata, Rombak Total Seluruh Ekosistem Sepak Bola Indonesia