Riset Big Data: Masyarakat Lebih Memilih Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Dibanding Proporsional Tertutup

- Jumat, 10 Maret 2023 | 16:25 WIB
CEO Menara Digital Anthony Leong. (Menara Digital)
CEO Menara Digital Anthony Leong. (Menara Digital)

JAKARTADAILY.ID - Tahun depan, Indonesia akan diramaikan pesta demokrasi tiga pemilihan umum sekaligus. Pemilu legislatif, pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selaku partai politik pemenang Pemilu 2019, melontarkan wacana perubahan sistem pemilu dari proporsional terbuka menjadi proporsional tertutup sejak Januari lalu.

Usulan dari PDIP soal sistem proporsional tertutup ditentang oleh beberapa parpol lain dan menjadi polemik di masyarakat. Saat ini, sistem pemilu untuk 2024 masih dibahas di Mahkamah Konstitusi.

Terkait hal ini, pakar digital dan pengamat media sosial, Anthony Leong dalam riset big datanya yang bersumber dari Kazee Media Monitoring di sosial media, membahas perbedaan pandangan pejabat partai pada pemilu 2024 antara menggunakan sistem proporsional tertutup dengan sistem proporsional terbuka.

Baca: Terkait Putusan PN Jakpus Tentang Penundaan Pemilu, Jokowi: Pemerintah Dukung KPU Ajukan Banding

Dalam risetnya, Anthony menerangkan bahwa mayoritas netizen sampai dengan saat ini mendukung sistem pemilu proposional terbuka daripada sistem pemilu proporsional tertutup. Hal tersebut ia ungkapkan berdasarkan big data yang telah dihimpun selama periode analisis bulan Januari hingga Februari 2023.

"Total percakapan selama periode analisis tersebut sebanyak 227.772 data. Dimana netizen memperbincangkan sistem proporsional terbuka sebanyak 155.197 data dengan persentasenya sebesar 68,1 persen, dan proporsional tertutup 72.575 data dan persentasenya 31,9 persen," kata Anthony di Jakarta, Jumat, 10 Maret 2023.

CEO Menara Digital ini menjelaskan secara spesifik sentimen pemberitaan sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup. Dimana pada proporsional terbuka sentimen positifnya lebih besar daripada sentimen negatifnya, yakni sentimen positifnya sebanyak 95.861 perbincangan, negatif 46.812 perbincangan, dan netral 12.524 perbincangan.

Baca: Kabulkan Gugatan Partai Prima, PN Jakarta Pusat Perintahkan Pemilu 2024 Ditunda

Sedangkan, pada proporsional tertutup sentimen positif dan negatifnya hampir berimbang. Adapun sentimen positifnya sebesar 31.563 perbincangan, negatif 27.889 perbincangan dan netral 13.123 perbincangan.

“Sentimen perbincangan proporsional terbuka tiga diantaranya paling relevan adalah proporsional terbuka lebih baik, dan konkret. Pemilu proporsional tertutup dapat memicu korupsi dan bertentangan dengan demokrasi, rencana pemerintah dan KPU mengubah sistem pemilu proporsional terbuka menjadi sistem proporsional tertutup," ungkap Anthony.

Selain itu, ia menjabarkan bahwa dari segi komunikasi publik dan reaksi masyarakat lebih setuju sistem proporsional terbuka, karena dapat menilai langsung calon-calon wakil rakyat, kalau sistem tertutup, partai yang menentukan.

Baca: Hasil Survei Ini Menunjukkan Elektabilitas Prabowo di Posisi Pertama dalam Simulasi Pilpres, Bandingkan Yuk

"Ya, kalau begitu yang harus di perbaiki sistem kepartaian di Indonesia yang kongkretnya revisi UU Parpol, bukan sistem pemilunya yang kita ubah, bagaimana partai dapat mengkader anggotanya untuk menjadi yang terbaik dan bisa terbuka kepada masyarakat, karena itu harapan publik, dan harapan itu harus didengar dan diamini oleh pemerintah," tegas Anthony.

Perbincangan ini bermula dari keinginan PDIP yang meminta agar MK menyatakan bahwa sistem pemilu dilakukan secara tertutup. Adapun DPR dan pemerintah telah menuturkan agar sistem pemilu tetap berjalan terbuka. Dari sembilan parpol di parlemen hanya PDIP yang mendukung agar pemilu kembali berjalan secara tertutup.

Halaman:

Editor: Priyanto Sukandar

Tags

Terkini

X