JAKARTADAILY.ID - Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono bersama Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali datang ke Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Panglima TNI menemui dan merangkul masyarakat dan pendemo di Rempang.
Selama sepekan terakhir, Rempang di Batam, Kepulauan Riau, menarik perhatian khalayak dan media massa nasional. Rencana penggusuran lahan seluas 17.000 hektar untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Rempang Eko City, telah menimbulkan protes dari masyarakat yang berujung pada kericuhan.
Aksi kericuhan tersebut membuat banyak pihak angkat bicara. Salah satunya pernyataan dari Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Dimana beberapa hari terakhir ini, beredar video viral Panglima TNI menyampaikan instruksi kepada komandan satuan bawahan terkait penanganan demo massa di wilayah Rempang, Kepulauan Riau.
Baca: Kapuspen TNI Jelaskan Istilah 'Memiting' dari Panglima TNI dalam Bahasa Prajurit Adalah Merangkul
Video tersebut menjadi viral di masyarakat karena terdapat pernyataan Panglima yang memerintahkan prajuritnya untuk memiting masyarakat yang melakukan demonstrasi.
Menanggapi hal tersebut, Kapuspen TNI Laksda TNI Julius Widjojono menjelaskan ada salah pemahaman dari masyarakat atas pernyataan tersebut, karena konteksnya berbeda. "Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan, baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk manahan diri," terang Kapuspen TNI seperti dilansir dari Puspen TNI, Minggu, 17 September 2023.
Lebih lanjut Laksda TNI Julius menyampaikan bahwa Panglima TNI menginstruksikan kepada Komandan Satuan untuk melarang prajurit menggunakan alat atau senjata, dalam mengamankan aksi demo Rempang. Hal tersebut demi menghindari korban, sehingga lebih baik menurunkan prajurit lebih banyak dari pada menggunakan peralatan yang bisa mematikan.
"Panglima mengatakan, jangan memakai senjata, tapi turunkan personel untuk mengamankan demo itu," terangnya.
Baca: Polri, BP Batam, dan Masyarakat Selesaikan Konflik Rampang Secara Musyawarah
Nah, terkait frasa "piting memiting", kata Kapuspen TNI, itu sebenarnya hanya bahasa prajurit. Karena disampaikan di forum prajurit, yang berarti setiap prajurit "merangkul" satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan. "Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalahartikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit," lanjutnya.
Hanya saja Laksda TNI Julius memahami adanya kesalahan tafsir ini. Panglima TNI sangat tidak berharap kebrutalan dilawan dengan kebrutalan, sudah cukup menjadi pembelajaran banyaknya korban di kedua belah pihak baik aparat atau masyarakat akibat konflik ini. "Perlu diingat dengan konflik ini, maka kerugian pasti diterima oleh aparat dan masyarakat Indonesia sendiri," pungkasnya.
***
Berita terkini lainnya dari tim redaksi kami dapat diakses lebih cepat melalui Google News