JAKARTADAILY.ID – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menemukan sekitar 2.000 Kecamatan di Indonesia yang tidak siap dibombardir program – program keuangan digital. Untuk Kecamatan seperti ini, lembaga keuangan seperti BRI hanya dapat melakukan strategi hidrid, dimana pendekatan ke masyarakat dilakukan secara kombinasi antara pendekatan orang dan digital.
“Kecamatan dengan kepadatan Smart Phone rendah dan aktivitas bisnis - nya rendah sekitar 2.000 Kecamatan. Yang kayak ini tidak bisa dibom digitalisasi,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso di Jakarta, Kamis (26/1/2023) pada acara BRI Microfinance Outlook 2023, dengan tema ”Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable Economic Prosperity.
Baca Juga: Bos Batumbu Ditarik Jadi Komandan Bank Mayora
Temuan ke – 2.000 Kecamatan tersebut, papar Sunarso, merupakan bagian dari program BRI turun ke pedesaan untuk memetakan seluruh desa di Indonesia. Programnya disebut BRIKODE atau BRI Kode Desa.
“Hasilnya adalah peta Inklusi Keuangan. Berisikan jumlah penduduk dewasa, jumlah penduduk yang dapat akses layanan digital BRI, dan potensi pasar. BRIKODES. Kami share disini, karena mustahil ngomong UMKM tanpa data seperti ini. Itu fakta dan datanya,” ujar Sunarso.
Big Data UMKM
BRIKODE merupakan upaya BRI untuk menggali data dan membangun induk data yang memadai menjadi big data. Selanjutnya, BRI akan menganalisasi data tersebut.
“Tidak mungkin membangun UMKM tanpa membangun infrastruktur. Kami mengumpulkan data dan mengkonsolidasikan data. Makanya BRI turun ke desa memetakan seluruh desa di Indonesia, masing – masing desa kami kasih kode,” ujarnya.
Baca Juga: Erick Thohir: 40.000 UMKM Masuk Pasar Digital, Raih Pembiayaan Rp 24,4 Triliun
Sunarso menambahkan bahwa hasil pengumpulan dan Analisa data tersebut menghasilkan peta strategi yang perlu diterapkan BRI untuk setiap Kawasan. Setiap Kawasan akan dikelompokan berdasarkan matrik Kepadatan Aktivitas Ekonomi yang menggunakan aktivitas digital dan Kepadatan Smart Phone.
“Jadi kondisi ideal adalah jika dalam 1 Kecamatan yang ada 1 unit mikro BRI, dan kepadatan smartphone dan kepadatan aktivitas bisnisnya tinggi. Hanya ada 100 Kecamatan di Indonesia yang memiliki kepadatan smartphone dan kepadatan aktivitas bisnisnya yang tinggi. Kecamatan seperti ini, Holding Ultra Mikro bisa menawarkan cross selling product,” ungkap Sunarso.
Baca Juga: Salurkan Kredit Rp 25,79 Triliun Untuk Bantu UMKM Ekspor, Teten Puji Bank Ini
Untuk melayani hingga tembus ke pedesaan, BRI memiliki kantor cabang yang berfungsi sebagai Colocation. Artinya di satu kantor tersebut dapat diisi oleh BRI, Pegadaian, dan PNM. Mereka memiliki staf yang akan mendatangani nasabah di pedesaan, dengan nama Brigade Madani. Merekalah yang akan melakukan cross selling produk – produk BRI, Pegadaian, dan PNM.
Artikel Terkait
Salurkan Kredit Rp 25,79 Triliun Untuk Bantu UMKM Ekspor, Teten Puji Bank Ini
Smart Move, Program Stimulus Subsidi Bunga Bank Agar Sektor Properti Tetap Bergairah di Tahun 2023
Erick Thohir: 40.000 UMKM Masuk Pasar Digital, Raih Pembiayaan Rp 24,4 Triliun