Digitalisasi Terintegrasi Pertamina Hasilkan Cost Optimization Sampai USD3,27 Miliar

- Rabu, 7 Juni 2023 | 20:24 WIB
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kiri) dan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam RUPS Tahun Buku 2022 di Jakarta pada Selasa, 6 Juni 2023. (Pertamina)
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kiri) dan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam RUPS Tahun Buku 2022 di Jakarta pada Selasa, 6 Juni 2023. (Pertamina)

JAKARTADAILY.ID - Tahun 2022 menjadi rekam jejak positif bagi perusahaan migas nasional PT Pertamina (Persero). Kinerja keuangan dan operasional mentereng, didukung oleh kegiatan digitalisasi terintegrasi dari hulu hingga hilir yang mampu menghasilkan cost optimization sampai USD3,273 juta selama kurun waktu 2021-2022.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, Pertamina Group memiliki banyak anak perusahaan dan afiliasi, sehingga digitalisasi menjadi peran kunci untuk mengelolanya secara terintegrasi. Pada tahun 2022, dengan pemanfaatan teknologi, sektor hulu Pertamina mampu meningkatkan lifting migas sebesar 15 persen dan produksi migas hingga 8 persen.

“Kami memiliki sekitar 65 blok dengan 27 ribu sumur yang harus dimonitor setiap hari. Tidak mungkin kalau tidak dilakukan secara digitalisasi yang terintegrasi dari hulu ke hilir,” kata Nicke dalam keterangan yang diterima Jakarta Daily, Rabu, 7 Juni 2023.

Baca: Kinerja Operasional Meningkat, Pertamina Catat Pemanfaatan TKDN 60 Persen dengan Nilai USD1,5 Miliar

Di lini bisnis pengolahan, Pertamina juga mampu meningkatkan kenaikan intake sebesar 6 persen dan yield valuable 2 persen. Dengan digitalisasi, dapat dilakukan predictive maintenance untuk mencegah unplanned shutdown dan pemeliharaan kilang semakin optimal.

“Kami harus memastikan kilang beroperasi sesuai rencana. Dari database dan artificial intelligent kami dapat mengetahui jika ada kerusakan pada kilang,” terang Nicke.

Di sektor hilir, khususnya digitalisasi SPBU Pertamina menerapkan minimum inventory stok BBM tanpa mengurangi ketersediaan produk BBM untuk masyarakat. Hal ini sangat membantu dalam pengelolaan keuangan.

“Sepanjang kami jaga dan monitor betul agar tidak terjadi kelangkaan, sehingga uang yang tersimpan dalam inventory dapat dikurangi. Kami atur betul inventory setiap SPBU seperti apa,” lanjutnya.

Baca: Pendapatan Pertamina Meroket 48 Persen Menjadi Rp1.262 Triliun

Nicke menambahkan digitalisasi juga berhasil mengurangi losses dan penyalahgunaan BBM dan LPG bersubsidi. Dengan data, pihaknya dapat memitigasi terjadinya penyelewengan sehingga akan lebih mudah diatasi.

Digitalisasi, menurut Nicke, saat ini dapat mengubah operating model atau cara bekerja, yang akhirnya dapat memberikan value dalam bentuk cost optimization yang meliputi cost efficiency, cost avoidance, dan revenue enhancement.

“Tiga hal ini pada dua tahun terakhir, 2021 dan 2022, nilainya mencapai USD3,27 miliar. Cost optimization ini menjadi penyumbang terbesar dari peningkatan kinerja Pertamina untuk tahun 2022,” katanya.

Sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, Pertamina berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

⎗ Baca berita JakartaDaily.id lebih cepat melalui Google News

Halaman:

Editor: Bona Cipto Ventura

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X